BPKAD MUARO JAMBI

Faktahitam.com-

KNIL Batubara : Para Pembela VOC Hari Ini Oleh: Syaiful I


Faktahitam.com-
Jambi – Sejarah sering kali tampil sebagai ironi. Kita mengenang VOC sebagai kongsi dagang yang menghisap Nusantara dengan janji-janji manis tentang perdagangan, sementara KNIL berdiri sebagai serdadu pribumi yang disewa untuk melawan bangsanya sendiri. Kini, wajah itu muncul lagi. Tidak dengan kapal layar atau bedil, melainkan dengan pidato, seminar, berita dan surat dukungan. Bedanya, kali ini panggungnya adalah Aur Kenali, Jambi, dan aktornya adalah anak bangsa yang membela PT. SAS.


Seperti VOC di masa lalu, PT. SAS membawa narasi besar: investasi, pembangunan, dan kemajuan. Para pembelanya pun tampil gagah, lengkap dengan bahasa teknokratik: “Ini demi ekonomi daerah, ini peluang kerja, ini masa depan Jambi.” Padahal, kita semua tahu, yang lebih dulu datang bukanlah kemajuan, melainkan debu, polusi, dan keresahan warga. Mereka inilah yang bisa kita analogikan sebagai “KNIL batubara”: anak bangsa yang memilih berdiri di pihak kongsi dagang, bukan rakyatnya sendiri.


Retorika mereka manis, tapi realitasnya pahit. Debu batubara bukan sekadar kotoran di teras rumah, melainkan ancaman kesehatan jangka panjang. Studi literatur sistematis menunjukkan bahwa paparan debu batubara berhubungan erat dengan gangguan paru kronis, termasuk Coal Worker’s Pneumoconiosis (CWP) yang bersifat progresif dengan tingkat kematian 19,19%, serta PPOK dengan risiko kematian 93% lebih tinggi dibandingkan populasi umum (Hafizah et al., 2024).


Di Jambi sendiri, riset mengungkap bahwa emisi truk batubara dan stokfile telah menurunkan kualitas udara di pemukiman padat, sekolah, dan jalan raya. Polutan seperti SO₂, NO₂, dan partikulat terhirup setiap hari oleh warga, meningkatkan insiden penyakit saluran pernapasan (Sari & Munawir, 2022).


Namun, para “KNIL batubara” itu seolah tuli. Mereka hanya mendengar narasi korporasi, bukan batuk warga. Mereka lebih sibuk mengulang jargon “pembangunan” ketimbang melihat anak-anak yang sesak napas. Persis seperti KNIL tempo dulu: bertubuh pribumi, tapi senjatanya diarahkan pada bangsanya sendiri.


Kalau dulu VOC membangun gudang rempah, kini korporasi membangun gudang batubara. Bedanya hanya barang dagangan. Sama seperti dulu, gudang itu dikelilingi janji kesejahteraan. Sama seperti dulu pula, rakyat kecil hanya kebagian remah penderitaan. Air tercemar logam berat, tanah rusak, ekosistem hancur, dan konflik sosial tak terelakkan (Rahman, 2021; Yuliani, 2020).


Ironinya, orang-orang yang mestinya jadi penjaga kepentingan rakyat justru berbondong-bondong membela kongsi dagang. Mereka ini seperti aktor sandiwara yang begitu serius memainkan peran. Ada yang tampil sebagai teknokrat, dengan angka-angka “cantik” untuk menutupi data kerusakan lingkungan. Ada pula yang berlagak diplomat, bicara soal “hubungan baik dengan investor” sambil menutup mata terhadap keresahan warga.


Sejarah mencatat KNIL sebagai pengkhianat, serdadu bayaran yang mengabdi pada Belanda. Kini, kita menyaksikan lahirnya generasi baru pengkhianatan. Bukan lagi serdadu dengan bedil, melainkan serdadu dengan kata-kata. Bukan lagi membela Belanda, melainkan membela kongsi dagang batubara.


Inilah pengkhianatan yang berulang: menjual kepentingan rakyat dengan harga murah. Lebih menyakitkan, mereka melakukannya dengan wajah bangga, seakan sebuah prestasi. Padahal, sejarah mengajarkan, pengkhianat selalu dikenang dengan satu kata: tercatat, bukan dirayakan.




Daftar Pustaka


Hafizah, L., Rahmawati, D., & Santoso, A. (2024). Dampak Pajanan Debu Batubara Bagi Kesehatan Pekerja Tambang Batubara: Tinjauan Literatur Sistematis. Jurnal Kesehatan Tambang, 6(2), 101–112.


Rahman, F. (2021). Pertambangan Batubara: Dampak Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi. Jurnal Ilmu Sosial Politik, 9(1), 55–67.


Sari, H., & Munawir, A. (2022). Analisis Kualitas Udara Akibat Emisi Angkutan Batubara di Kota Jambi. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 4(1), 22–35.


Yuliani, R. (2020). Dampak Pertambangan Batubara Terhadap Ekosistem dan Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ekologi dan Sosial, 7(2), 87–98.


Zhang, W., Li, H., & Chen, Y. (2023). Coal Worker’s Pneumoconiosis and Respiratory Health Impacts of Coal Dust Exposure: A Meta-Analysis. International Journal of Environmental Research and Public Health, 20(12), 1120–1135.


Redaksi

Terkini